Jangan bertanya mengapa orang suka mendengki, mending kita fokus kepada aktifitas kita. Yang berdagang pikirkan bagaimana dangangannya laris. Yang belajar, teruslah giat belajar dan yang pesimis belajarlah untuk optimis. Yang pengin nikah, jalan donk, masak mengkhayal doank? Malu tuh diketawain nenek-nenek. Hadapi hari dengan vitalitas tinggi. Gairah yang membara, membakar dan menyebar ke angkasa dan berteriak, "Say no to Corruption!" (Lho?!!! emang kampanye Pilpres ya om?)
Hidup cuma sekali. Jangan biarkan jiwa ente yang tulus ikhlas berkata, "biarkan hidup itu mengalir begitu saja." Sekedar saran lho agar kita tidak terbawa arus. Bukankah dengan kepasrahan seperti itu kita jadi pendekar linglung yang bagaikan air di daun talas. Mengapa tidak ganti kata-kata itu menjadi hidup harus punya dayung untuk mengayuh rakit sampai ke tujuan. Orang yang gemar mendengki juga ngerti ini kok. Tapi, sekali lagi jangan pikirkan beliau-beliau itu. Biarkan mereka itu dalam koridornya. Sebab dalam agama kan sudah diceritakan tentang adanya makhluk macam begini yang membuat ruang gerak kita terbatas. Teguran, himbauan dan konsekuensinya kan sudah jelas, mereka ahli neraka! Kenapa perlu risau. Ingat:
Hidup cuma sekali. Jangan biarkan jiwa ente yang tulus ikhlas berkata, "biarkan hidup itu mengalir begitu saja." Sekedar saran lho agar kita tidak terbawa arus. Bukankah dengan kepasrahan seperti itu kita jadi pendekar linglung yang bagaikan air di daun talas. Mengapa tidak ganti kata-kata itu menjadi hidup harus punya dayung untuk mengayuh rakit sampai ke tujuan. Orang yang gemar mendengki juga ngerti ini kok. Tapi, sekali lagi jangan pikirkan beliau-beliau itu. Biarkan mereka itu dalam koridornya. Sebab dalam agama kan sudah diceritakan tentang adanya makhluk macam begini yang membuat ruang gerak kita terbatas. Teguran, himbauan dan konsekuensinya kan sudah jelas, mereka ahli neraka! Kenapa perlu risau. Ingat:
- Mereka bukanlah siapa-siapa ente. Ente tidak perlu mengiba, memohon penghargaan atau menulis proposal kepada mereka untuk mendapatkan keabsahan atas prestasi ente.
- Mereka bukanlah suporter terbesar ente yang punya kredibilitas setidaknya sebuah senyuman yang tulus dan super manis yang keluar dari hati kecil. Yang ada hanyalah cibiran dan rasa sakit yang berkepanjangan melebihi panu, kurap, kadas dan Menginitis. Betulkah orang yang suka mendengki rentan terhadap penyakit yang disebut terakhir yang menyerang Olga ini?
- Mengapa perlu sewot jika ente tidak dianggap ada, bagus kok, angga aja ente itu sebagai super duper super hero yang memang bisa menghilang, mirip Ksatria Baja Ungu atau Pendekar Penghilang Rupiah. Lho?!!!! Ngepet donk? Hehehehe
- Selalu bangun sikap positive thinking dan jangan mendendam. Percuma menyimpan rasa sakit terus berencana untuk membalas ini kepada manusia-manusia yang menyakiti ente. Ente dan mereka apa bedanya.
Daripada ribet mikir ginian mending jalan-jalan ke kebun binatang kek, atau ke pantai kek atau ke laut nek. Kakek nenek pasti setuju, apalagi jika ente ajak mereka naik ojek gratis pake konde. Hehehe. Asyeeek ... Mengapa membiarkan diri sendiri diteror bayang orang yang suka mendengki ini. Tidaklah penting.
Ingat sekali lagi Jim, hidup cuma sekali. Jangan biarkan jiwa ente yang tulus ikhlas berkata, "emang gue pikirin," jangan biarkan jiwa ente itu dikotori dengan sifat-sifat destuktif yang membuat ente sakit. Tahu nggak, ini sangat tidak populer, tidak over produktif, tidak signifikan dan tidak mental revolusioner. Itu sungguh sangat memilukan. Saat yang lain senang ente jadi meriang. Saat yang lain ketawa-ketiwi, cepika-cepiki, eh ente pingsan, sungguh tidak lucu.
Mengapa tidak rebut dayung yang ada sebelum pendengki yang terlena mengambilnya untuk mengayuh rakit sampai ke tujuan. Jangan ajak orang yang suka mendengki, karena beliau-beliau yang super duper terhormat dan amat sangat berkarat hatinya itu tidak akan suka melihat ente dikelilingi putri duyung berwajah Dian Sastro. Ah, lebay nih bung penulis. Lho, kita kan harus bisa over produktif dan betul betul memahami apa itu mental revolusioner. "Apaan sih?" kata para putri duyung itu. Coba tanyakan pak Jokowi. Asyeeek ...
Komentar